Pak Iwan,
Terima kasih telah membuat sketsa keliling Jakarta menemani researcher dari Univ Kebangsaan Malaysia.....
membuat studi mengenai perkembangan Internet dari sisi community access point nya di Indonesia... untuk
dijadikan buku yang semestinya bermanfaat baik bagi Indonesia maupun Malaysia.
Ada satu hal yang menarik... ketika malamnya hendak mengantar mereka pulang, akhirnya beliau beliau ini
minta di antarkan hingga ke Gramedia Grand Indonesia... sepertinya gaung Grand Indonesia dan Gramedianya
menarik hingga ke Malaysia... Mereka juga kagum dengan toko buku dua tingkat... tingkat pertama buku buku
berbahasa Indonesia dan satu tingkat buku bahasa Ingris lengkap dengan Cafenya...
Mereka terkesan dengan Mall - Mall di Indonesia... namun sambil bisik bisik mereka bertanya... kalau saya beli buku dimana ?
Saya katakan terkadang di Indonesia ... terkadang di luar negeri ditoko buku airport sambil menunggu pesawat ?
Mereka kemudian bercerita... buku buku di Indonesia terutama yang bahasa Ingris sangat mahal... hampir 30% lebih mahal
Bahkan katanya mereka dengan kartu mahasiswa bisa mendapatkan bantuan pemerintah untuk membeli buku dan
mendapatkan discount... jadi buku di Malaysia murah murah apalagi yang dari luar negeri dibandingkan dengan di Indonesia.
Lalu mereka juga mengatakan... bahwa untuk membeli komputer... juga mendapatkan kompensasi discount dan fasilitas bebas
pajak untuk pembelian PC dan Notebook bagi setiap masyarakat... untuk menggalakkan penjualan PC... saya sempat nyeletuk...
kalau di Indonesia malah importnya dipersulit dengan berbagai macam hambatan... bahkan untuk sertifikat sebuah model
Notebook saja ... importir biasa seperti kami harus memiliki 8 sertifikat ( 4 milik prinsipal yang tidak bisa dipakai... hanya referensi
untuk mengurus lagi 4 buah sertifikat untuk importir yang tidak bisa dipindah tangankan...
Jadi tidak perlu heran... kalau harga produk notebook dan PC di Indonesia lebih mahal... dan jika jurang digital divide juga masih lebar... karena harga bandwidth juga masih mahal... mungkin juga karena banyak sertifikat, bhp ini dan itu... lisensi...perda dll.... ?
Semestinya dengan kekayaan alam yang sangat banyak dan jumlah penduduk yang besar... kondisinya lebih baik dan pasarnya lebih kondusif...
Kenapa seperti itu ?
Pertanyaan ini kami bingung menjawabnya... kenapa seperti itu... mungkin teman teman di birokrasi / kerajaan bisa menjawabnya :-)
anyway... sekian dulu komentar tambahan kami... menyusul komentar mengenai UU ITE dan warnet dilain kesempatan
enjoy your weekend...
... salam, rr - apwkomitel
Jadi memang sangat berbeda bagaimana Kerajaan memberikan peluang kepada Masyarakatnya dibandingkan dengan di Indonesia...
From: iwan piliang <iwan.piliang@yahoo.com>
Terima kasih telah membuat sketsa keliling Jakarta menemani researcher dari Univ Kebangsaan Malaysia....
membuat studi mengenai perkembangan Internet dari sisi community access point nya di Indonesia... untuk
dijadikan buku yang semestinya bermanfaat baik bagi Indonesia maupun Malaysia.
Ada satu hal yang menarik... ketika malamnya hendak mengantar mereka pulang, akhirnya beliau beliau ini
minta di antarkan hingga ke Gramedia Grand Indonesia... sepertinya gaung Grand Indonesia dan Gramedianya
menarik hingga ke Malaysia... Mereka juga kagum dengan toko buku dua tingkat... tingkat pertama buku buku
berbahasa Indonesia dan satu tingkat buku bahasa Ingris lengkap dengan Cafenya...
Mereka terkesan dengan Mall - Mall di Indonesia... namun sambil bisik bisik mereka bertanya... kalau saya beli buku dimana ?
Saya katakan terkadang di Indonesia ... terkadang di luar negeri ditoko buku airport sambil menunggu pesawat ?
Mereka kemudian bercerita... buku buku di Indonesia terutama yang bahasa Ingris sangat mahal... hampir 30% lebih mahal
Bahkan katanya mereka dengan kartu mahasiswa bisa mendapatkan bantuan pemerintah untuk membeli buku dan
mendapatkan discount... jadi buku di Malaysia murah murah apalagi yang dari luar negeri dibandingkan dengan di Indonesia.
Lalu mereka juga mengatakan..
pajak untuk pembelian PC dan Notebook bagi setiap masyarakat..
kalau di Indonesia malah importnya dipersulit dengan berbagai macam hambatan... bahkan untuk sertifikat sebuah model
Notebook saja ... importir biasa seperti kami harus memiliki 8 sertifikat ( 4 milik prinsipal yang tidak bisa dipakai... hanya referensi
untuk mengurus lagi 4 buah sertifikat untuk importir yang tidak bisa dipindah tangankan...
Jadi tidak perlu heran... kalau harga produk notebook dan PC di Indonesia lebih mahal... dan jika jurang digital divide juga masih lebar... karena harga bandwidth juga masih mahal... mungkin juga karena banyak sertifikat, bhp ini dan itu... lisensi...perda dll.... ?
Semestinya dengan kekayaan alam yang sangat banyak dan jumlah penduduk yang besar... kondisinya lebih baik dan pasarnya lebih kondusif...
Kenapa seperti itu ?
Pertanyaan ini kami bingung menjawabnya.
anyway... sekian dulu komentar tambahan kami... menyusul komentar mengenai UU ITE dan warnet dilain kesempatan
enjoy your weekend...
... salam, rr - apwkomitel
Jadi memang sangat berbeda bagaimana Kerajaan memberikan peluang kepada Masyarakatnya dibandingkan dengan di Indonesia...
From: iwan piliang <iwan.piliang@
Subject: [APWKomitel] Genta, Media, Malaysia dan Jurang Digital
RABU, 4 Februari 2009 lalu. Di salah satu jaringan Javanet Café di Pasar Festival, HR. Rasuna Said, Jakarta Selatan. Di sebuah pojok, yang menyediakan screen, Rudi Rusdiah, pemilik jaringan warnet, sekaligus ketua Apwkomitel sedang mempresentasikan usahanya itu kepada DR Jamaluddin bin Aziz dan DR Jalaluddin Abdul Malek. Keduanya adalah guru besar teknologi informasi dan komunikasi di Universitas Kebangsaan Malaysia, yang menjadi tamu Apwkomitel - - asosiasi jaringan warnet - - dalam perjalanan studi banding, bertajukkan; Merapatkan Jurang Digital ke Jakarta dan Bandung.
Sejak pagi saya ikut menemani rombongan itu, termasuk di dalamnya Naswil Idris, Ardi Sutedja dan Paulus BW. Kami mendatangi, provider telekomunikasi XL, PT Telkom, Warmasif PT Pos di Pasar Baru, lalu mengakhiri petang itu di warnet café itu. Esoknya rombongan terus ke Bandung. Namun, karena ada keperluan, saya tidak ikutan di hari kedua.
Satu hal yang tajam dalam ingatan saya bahwa dua dosen dari Malaysia menyampaikan bahwa visi-misi pemerintah dengan program Malaysia Super Koridor, 2020-nya, dengan jernih mematok target yang mereka capai, termasuk melakukan program internet masuk desa, yang dimulai dengan pengadaan kompoter untuk sekolah-sekolah dan pedesaan.
"Tetapi dalam hal pengadaan barang, macam komputer untuk internet di pedesaan, juga terjadi permainan oleh kalangan orang-orang partai, yang mendapatkan keuntungan besar," tutur Jamaludin bin Aziz. Kalimat itu mengingatkan akan samanya indikasi perilaku korup yang terjadi di negeri kita.
Dua dosen itu itu juga memahami bagaimana sulit mengelola wilayah bercakupan luas macam Indonesia.
Namun visi yang jernih, menyampaikan jelas apa yang hendak dicapai, telah membedakan ke arah mana Malaysia melangkah. Sementara di Indonesia, program mengatasi kesenjangan digital, acap baru sebatas ungkapan dan kegiatan public relation pemerintah. Hingga kini tender pengadaan telepon pedesaan USO, di Depkominfo, sejak tahun lalu hinga kini belum juga bisa terlaksana.
Inisiatif pendirian warnet oleh kalangan swasta, yang seharusnya didukung pemerintah, di beberapa daerah, justeru berhadapan dengan ketentuan Undang-Undang UU ITE, pasal 27, ayat 1, yang menyoal ihwal pornografi di internet. Akibatnya sudah kejadian di beberapa daerah, komputer warnet dibawa ke kantor polisi, karena pengunjung warnet diindikasikan membuka situs porno.
Ketika 4 tahun lalu saya diminta oleh Direktorat Pendidikan Kejuruan, Diknas, "menguji" kemampun menggambar anatomi guru kesenian di SMK, di Jawa dan Bali, di sebuah SMK di Surabaya, di ruang kelas saya melihat poster besar yang mencantumkan larangan dengan berbagai butir ditulis besar-besar. Di situ saya menyimak, bagaimana pendidikan terasa kok menakuti siswa. Iklim belajar dan mengajar terkesan "melempen", seperti kurang darah. Saya menduga aturan dengan poster besar yang dipajang di depan kelas itulah salah satu penyebabnya.
Kini dunia online kita juga seakan-akan sedang ditakuti demikian. Perhatikan iklan yang dibuat Depkominfo tentang Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronika (UU ITE), yang di-uarkan sejak akhir tahun lalu, hukumannya duluan yang disampikan bagi warga, termasuk denda bermiliar dan hukuman badan di atas 5 tahun. Sementara tanggung jawab membangun infrastruktur, mengembangkan penumbuhan jaringan, konten, belum terjadi secara signifikan.
Di lain sisi, kita berhadapan dengan negeri tetangga macam Malaysia yang dua pekan lalu, di program teve berbayar di Disney Chanel, ada tarian melayu, kanak-kanak Malaysia, namun musiknya, berlagu Sunda, Jawa Barat. Kita akan terkaget-kaget konten budaya lokal, akan kian menjadi muatan digital dunia teknologi informasi komunikasi negeri jiran.
Karenanya dari kota Medan, yang berhimpun kalangan Melayu dominan, saya kian yakin sesungguhnya di negeri ini banyak sekali orang kreatif dan produk kreatif menghampar seakan berserak. Tinggallah seharusnya negara memberi arah, memfasilitasi, agar menjadi busur yang tepat sasar, laksana sudah tepatnya lagu-lagu Indonesia membanjiri Malaysia, termasuk menjadi muatan ring back tone di sana. Itu semua menjadi genta bukti kreatifnya anak negeri.
Plus berharap media mainstream ke depan menjadi kekuatan keempat dalam demokrasi, bukan dimiliki bagi kepentingan sepihak. Jika itu berjalan, alangkah indahnya jika hidup di ranah demikian.***
Iwan Piliang, literary citizen reporter presstalk.info
SKETSA
Minggu, 15 Februari 2009
Genta, Media, Malaysia dan Jurang Digital
| |
RABU, 4 Februari 2009 lalu. Di salah satu jaringan Javanet Café di Pasar Festival, HR. Rasuna Said, Jakarta Selatan. Di sebuah pojok, yang menyediakan screen, Rudi Rusdiah, pemilik jaringan warnet, sekaligus ketua Apwkomitel sedang mempresentasikan usahanya itu kepada DR Jamaluddin bin Aziz dan DR Jalaluddin Abdul Malek. Keduanya adalah guru besar teknologi informasi dan komunikasi di Universitas Kebangsaan Malaysia, yang menjadi tamu Apwkomitel - - asosiasi jaringan warnet - - dalam perjalanan studi banding, bertajukkan; Merapatkan Jurang Digital ke Jakarta dan Bandung.
Sejak pagi saya ikut menemani rombongan itu, termasuk di dalamnya Naswil Idris, Ardi Sutedja dan Paulus BW. Kami mendatangi, provider telekomunikasi XL, PT Telkom, Warmasif PT Pos di Pasar Baru, lalu mengakhiri petang itu di warnet café itu. Esoknya rombongan terus ke Bandung. Namun, karena ada keperluan, saya tidak ikutan di hari kedua.
Satu hal yang tajam dalam ingatan saya bahwa dua dosen dari Malaysia menyampaikan bahwa visi-misi pemerintah dengan program Malaysia Super Koridor, 2020-nya, dengan jernih mematok target yang mereka capai, termasuk melakukan program internet masuk desa, yang dimulai dengan pengadaan kompoter untuk sekolah-sekolah dan pedesaan.
"Tetapi dalam hal pengadaan barang, macam komputer untuk internet di pedesaan, juga terjadi permainan oleh kalangan orang-orang partai, yang mendapatkan keuntungan besar," tutur Jamaludin bin Aziz. Kalimat itu mengingatkan akan samanya indikasi perilaku korup yang terjadi di negeri kita.
Dua dosen itu itu juga memahami bagaimana sulit mengelola wilayah bercakupan luas macam Indonesia.
Namun visi yang jernih, menyampaikan jelas apa yang hendak dicapai, telah membedakan ke arah mana Malaysia melangkah. Sementara di Indonesia, program mengatasi kesenjangan digital, acap baru sebatas ungkapan dan kegiatan public relation pemerintah. Hingga kini tender pengadaan telepon pedesaan USO, di Depkominfo, sejak tahun lalu hinga kini belum juga bisa terlaksana.
Inisiatif pendirian warnet oleh kalangan swasta, yang seharusnya didukung pemerintah, di beberapa daerah, justeru berhadapan dengan ketentuan Undang-Undang UU ITE, pasal 27, ayat 1, yang menyoal ihwal pornografi di internet. Akibatnya sudah kejadian di beberapa daerah, komputer warnet dibawa ke kantor polisi, karena pengunjung warnet diindikasikan membuka situs porno.
Ketika 4 tahun lalu saya diminta oleh Direktorat Pendidikan Kejuruan, Diknas, "menguji" kemampun menggambar anatomi guru kesenian di SMK, di Jawa dan Bali, di sebuah SMK di Surabaya, di ruang kelas saya melihat poster besar yang mencantumkan larangan dengan berbagai butir ditulis besar-besar. Di situ saya menyimak, bagaimana pendidikan terasa kok menakuti siswa. Iklim belajar dan mengajar terkesan "melempen", seperti kurang darah. Saya menduga aturan dengan poster besar yang dipajang di depan kelas itulah salah satu penyebabnya.
Kini dunia online kita juga seakan-akan sedang ditakuti demikian. Perhatikan iklan yang dibuat Depkominfo tentang Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronika (UU ITE), yang di-uarkan sejak akhir tahun lalu, hukumannya duluan yang disampikan bagi warga, termasuk denda bermiliar dan hukuman badan di atas 5 tahun. Sementara tanggung jawab membangun infrastruktur, mengembangkan penumbuhan jaringan, konten, belum terjadi secara signifikan.
Di lain sisi, kita berhadapan dengan negeri tetangga macam Malaysia yang dua pekan lalu, di program teve berbayar di Disney Chanel, ada tarian melayu, kanak-kanak Malaysia, namun musiknya, berlagu Sunda, Jawa Barat. Kita akan terkaget-kaget konten budaya lokal, akan kian menjadi muatan digital dunia teknologi informasi komunikasi negeri jiran.
Karenanya dari kota Medan, yang berhimpun kalangan Melayu dominan, saya kian yakin sesungguhnya di negeri ini banyak sekali orang kreatif dan produk kreatif menghampar seakan berserak. Tinggallah seharusnya negara memberi arah, memfasilitasi, agar menjadi busur yang tepat sasar, laksana sudah tepatnya lagu-lagu Indonesia membanjiri Malaysia, termasuk menjadi muatan ring back tone di sana. Itu semua menjadi genta bukti kreatifnya anak negeri.
Plus berharap media mainstream ke depan menjadi kekuatan keempat dalam demokrasi, bukan dimiliki bagi kepentingan sepihak. Jika itu berjalan, alangkah indahnya jika hidup di ranah demikian.***
Iwan Piliang, literary citizen reporter presstalk.info
.
__._,_.___
SARANA MENCARI SOLUSI KEADILAN HUKUM DI INDONESIA
Mailing List Hukum Online adalah wadah untuk saling bertukar pikiran dan berkonsultasi untuk saling membantu sesama. Isi diluar tanggung jawab Moderator.
Arsip milis ini dapat dilihat pada blog Hukum Online di
http://hukum-online.blogspot.com
Notes :
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun masyarakat Indonesia yang Sadar akan Hukum serta membantu program Corporate Social Responsibility (CSR), maka Milis Hukum Online mencari pembicara yang memiliki kompetensi di bidang Hukum. Apabila anda berminat, kirimkan CV anda ke : hukum.online@yahoo.co.id disertai dengan spesialisasi keahlian anda. Kami tunggu kabar baik dari rekan-rekan.
Salam Hukum Online
==================================================
Search Engine Terpopuler Anak Bangsa
http://djitu.com
Gunakan Untuk Kepentingan Anda
==================================================
Health & Spiritual
http://healthconsultancy.blogspot.com/
http://light-energy.blogspot.com/
http://spiritualisindonesia.blogspot.com/
http://healingmedication.blogspot.com/
==================================================
Hobby & Fun
http://dragonfish-arowana.blogspot.com/
http://goldfish-world.blogspot.com/
http://cat-owner.blogspot.com/
http://homeperfumes.blogspot.com/
==================================================
Compensation & Benefit
http://compensationbenefithandbook.blogspot.com/
http://salarysurvey-indonesia.blogspot.com/
Informatif & Bermanfaat bagi HRD
==================================================
Pasang iklan bisnis anda di :
http://www.SentraBisnis.com/
Pusat Iklan baris & Bisnis Populer Indonesia
GRATIS !! GRATIS !!
==================================================
General
http://georgewalkerbushfile.blogspot.com/
http://osamabinladenstory.blogspot.com/
http://lindsaylohanpages.blogspot.com/
==================================================
Mailing List Hukum Online adalah wadah untuk saling bertukar pikiran dan berkonsultasi untuk saling membantu sesama. Isi diluar tanggung jawab Moderator.
Arsip milis ini dapat dilihat pada blog Hukum Online di
http://hukum-online.blogspot.com
Notes :
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun masyarakat Indonesia yang Sadar akan Hukum serta membantu program Corporate Social Responsibility (CSR), maka Milis Hukum Online mencari pembicara yang memiliki kompetensi di bidang Hukum. Apabila anda berminat, kirimkan CV anda ke : hukum.online@yahoo.co.id disertai dengan spesialisasi keahlian anda. Kami tunggu kabar baik dari rekan-rekan.
Salam Hukum Online
==================================================
Search Engine Terpopuler Anak Bangsa
http://djitu.com
Gunakan Untuk Kepentingan Anda
==================================================
Health & Spiritual
http://healthconsultancy.blogspot.com/
http://light-energy.blogspot.com/
http://spiritualisindonesia.blogspot.com/
http://healingmedication.blogspot.com/
==================================================
Hobby & Fun
http://dragonfish-arowana.blogspot.com/
http://goldfish-world.blogspot.com/
http://cat-owner.blogspot.com/
http://homeperfumes.blogspot.com/
==================================================
Compensation & Benefit
http://compensationbenefithandbook.blogspot.com/
http://salarysurvey-indonesia.blogspot.com/
Informatif & Bermanfaat bagi HRD
==================================================
Pasang iklan bisnis anda di :
http://www.SentraBisnis.com/
Pusat Iklan baris & Bisnis Populer Indonesia
GRATIS !! GRATIS !!
==================================================
General
http://georgewalkerbushfile.blogspot.com/
http://osamabinladenstory.blogspot.com/
http://lindsaylohanpages.blogspot.com/
==================================================
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
.
__,_._,___

No comments:
Post a Comment